Search in This Blog

Kamis, 26 September 2013

Haji Ketika Kecil

Sahkah bila anak kecil naik haji? Atau jika ia haji ketika kecil, apa mesti saat dewasa haji wajibnya mesti ditunaikan lagi?
Ada hadits yang disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom no. 718.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- لَقِىَ رَكْبًا بِالرَّوْحَاءِ فَقَالَ « مَنِ الْقَوْمُ ». قَالُوا الْمُسْلِمُونَ. فَقَالُوا مَنْ أَنْتَ قَالَ « رَسُولُ اللَّهِ ». فَرَفَعَتْ إِلَيْهِ امْرَأَةٌ صَبِيًّا فَقَالَتْ أَلِهَذَا حَجٌّ قَالَ « نَعَمْ وَلَكِ أَجْرٌ »
Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau pernah bertemu dengan sekelompok orang yang berkendaraan di Rawha’, lalu ia bertanya, “Siapakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah kaum muslimin.” Kemudian mereka bertanya, “Siapakah tuan?” Beliau menjawab, “Aku adalah Rasulullah.” Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak kecil (yang masih menyusui, -pen) di hadapan beliau lalu bertanya, “Apakah jika anak ini berhaji, hajinya teranggap?” Beliau menjawab, “Ya dan untukmu juga ada pahalanya.” (HR. Muslim no. 1336).

Sahabat Nabi Abdurrahman bin ‘Auf

Abdurrahman bin ‘Auf termasuk tujuh orang yang pertama masuk Islam. Ia termasuk diantara sahabat Nabi yang mempunyai harta melimpah yang didapatkan dengan perniagaan.

Kesuksesannya tidak membuat ia lupa diri, ia selalu menafkahkan h
artanya dijalan Allah. Bahkan saat ia diberitakan Rasulullah bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat sedekahnya makin membara. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan Islam.Abdurrahman sempat berhijrah ke Habsyah sebanyak 2 kali. Ia wafat pada umur 72 tahun(32H atau 652M) di Baqi’

7 Masjid Kubah Emas Termegah Di Dunia

1. Masjid Jame’ Asr atau Masjid Bandar Seri Begawan di Brunei
Masjid yang merupakan bagian dari kompleks Istana Bolkiah didirikan pada pertengahan tahun 1980-an untuk memperingati 25 tahun Sultan Hassanal Bolkiah berkuasa.

Masjid ini memiliki 29 kubah yang terbuat dari emas murni 24 karat. Bangunan yang terletak di tengah taman yang asri ini mempunyai luas hampir 2 hektar lebih. Keseluruhan kawasan masjid ini dipagari dengan kisi-kisi besi dengan panjang kira-kira 1.082 km. Terdapat lima pintu masuk ke lokasi ini, disamping dua pintu khusus untuk keluarga kerajaan dan tamu negara.

Masjid ini memiliki 4 menara yang masing-masing tingginya 189 kaki, dimana ada sekitar 297 anak tangga pada setiap menara tersebut. Melalui menara ini, pengunjung bisa melihat pemandangan sekitar masjid dan juga pemandangan Bandar Seri Begawan dan Kampong Ayer.

Permusuhan Yahudi Terhadap Islam Dalam Sejarah


Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah terkenal dan ada sejak dahulu kala. Dimulai sejak dakwah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan mungkin juga sebelumnya bahkan sebelum kelahiran beliau. Hal ini mereka lakukan karena khawatir dari pengaruh dakwah islam yang akan menghancurkan impian dan rencana mereka. Namun dewasa ini banyak usaha menciptakan opini bahwa permusuhan yahudi dan islam hanyalah sekedar perebutan tanah dan perbatasan Palestina dan wilayah sekitarnya, bukan permasalahan agama dan sejarah kelam permusuhan yang mengakar dalam diri mereka terhadap agama yang mulia ini.

Jin yang Disembah, Justru Masuk Islam

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ’anhu, beliau menerangkan tafsir dari firman Allah ‘Azza wa Jalla (yang artinya), “Mereka itu -sosok- yang disembah -selain Allah- justru berusaha mencari kedekatan diri di sisi Rabb mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat -kepada-Nya-.”(QS. al-Israa’: 57). Beliau berkata, “Dahulu sekelompok bangsa jin masuk Islam, sedangkan sebelum itu mereka dipuja-puja (disembah) -oleh manusia-. Kemudian orang-orang yang dahulu menyembah mereka tetap bertahan untuk menyembah mereka, padahal sekelompok jin -yang disembah itu- telah masuk Islam.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Shahih Bukhari hal. 983 danSyarh Muslim [9/270])
Hadits yang agung ini mengandung hikmah, antara lain:

Tanda Kiamat: Dajjal, Ya’juj dan Ma’juz, Turunnya Nabi Isa

dajjal

Dari Nawas bin Sam’an, dia berkata, “Pada suatu pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberbicara mengenai . Kadang-kadang beliau merendahkan suaranya, kadang-kadang meninggikannya, sehingga kami merasa seolah-olah berada dalam sekelompok lebah. Pada petang hari, kami mendatangi beliau dan beliau sudah mengetahui persoalan kami.

Karakteristik Penghuni Surga


Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’i ia berkata, pada suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallamberkhutbah seraya bersabda,
Penghuni surga itu ada tiga; pertama, penguasa yang adil, jujur, dan mendapat taufik, kedua, seorang yang penyayang dan perhatian kepada setiap kerabat, ketiga, seorang muslim yang suci, pandai menjaga diri, dan memiliki keluarga….” (HR. Muslim)

Tiga Orang Penduduk Surga


حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ قَالَ حَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبُو عُثْمَانَ النَّهْدِيُّ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ فَجَاءَ رَجُلٌ فَاسْتَفْتَحَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَحْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ فَفَتَحْتُ لَهُ فَإِذَا أَبُو بَكْرٍ فَبَشَّرْتُهُ بِمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَمِدَ اللَّهَ ثُمَّ جَاءَ رَجُلٌ فَاسْتَفْتَحَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَحْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ فَفَتَحْتُ لَهُ فَإِذَا هُوَ عُمَرُ فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَمِدَ اللَّهَ ثُمَّ اسْتَفْتَحَ رَجُلٌ فَقَالَ لِي افْتَحْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى بَلْوَى تُصِيبُهُ فَإِذَا عُثْمَانُ فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَمِدَ اللَّهَ ثُمَّ قَالَ اللَّهُ الْمُسْتَعَانُ

Mata-mata dan Dajjal yang Pasti Akan Datang


Dari Amir bin Sarahil Asy-Syab’bi, bahwasanya dia bertanya kepada Fathimah bin Qais, adik Adh-Dhahak bin Qais. Fatimah adalah termasuk salah seorang wanita yang turut serta berhijrah pada periode awal. Amir berkata, ”Sampaikanlah kepadaku suatu hadits yang engkau dengar langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak kamu nisbatkan kepada orang lain!”

Lalu Fathimah berkata, “aku telah menikahi Al-Mughirah. Pada saat itu, ia merupakan pemuda Quraisy yang terbaik, kemudian ia tertimpa musibah (terbunuh) pada awal jihad bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala aku menjanda, Abdurrahman bin Auf meminang aku melalui sekelompok sahabat Nabi. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melamar aku untuk budaknya, Usamah bin Zaid. Ketika itu aku pernah diberitahu bahwa Rasulullah berbsabda, ‘Barangsiapa mencintai aku, maka hendaklah ia mencintai Usamah.’

Uwais Al-Qani


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”

Urwah bin Zubair


Pagi itu, matahari memancarkan benang-benang cahaya keemasan di atas Baitul Haram, menyapa ramah pelatarannya yang suci. Di Baitullah, sekelompok sisa-sisa shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tokoh-tokoh tabi’in tengah mengharumkan suasana dengan lantunan tahlil dan takbir, menyejukkan sudut-sudutnya dengan doa-doa yang shalih.
Mereka membentuk halaqah-halaqah, berkelompok-kelompok di sekeliling Ka’bah agung yang tegak berdiri di tengah Baitul Haram dengan kemegahan dan keagungannya. Mereka memanjakan pandangan matanya dengan keindahannya yang menakjubkan dan berbagi cerita di antara mereka, tanpa senda gurau yang mengandung dosa.

Kepahlawanan Al-Barra’ bin Malik dalam Perang Melawan Musailamah sang Nabi Palsu


“Jangan mengangkat al-Barra’ sebagai panglima tentara kaum muslimin, karena dikhawatirkan dia akan mencelakakan bala tentaranya karena keberaniannya.” (Umar bin al-Khatthab)
Seorang laki-laki dengan rambut kusut, badan berdebu, berperawakan kurus, tulang tubuhnya berbalur daging tipis, mata para pemandangnya melihat kepadanya dengan sulit, kemudian langsung berpaling darinya.

Perjalanan Sahabat Tsumamah bin Utsal Merengkuh Nikmatnya Islam


Di tahun keenam hijriyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat memperluas wilayah cakupan dakwah beliau kepada Allah, maka beliau menulis delapan surat kepada raja-raja Arab dan Ajam. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkannya kepada mereka untuk menyeru mereka kepada Islam.
Di antara orang yang mendapat surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Tsumamah bin Utsal al-Hanafi.

Tidak mengherankan karena Tsumamah adalah salah seorang pembesar orang-orang Arab di Zaman jahiliyah.
Salah seorang pemuka Bani Hanifah yang terpandang.
Salah seorang raja Yamamah yang perintahnya senantiasa ditaati.
Tsumamah menerima surat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sikap angkuh dan melecehkan. Harga dirinya kepada dosa terpicu, maka dia menutup kedua telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar dakwah kepada kebaikan dan kebenaran itu.

Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi


“Ya Allah, berikanlah sebuah bukti kepadanya atas kebaikan yang dia niatkan.”
(Dari doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuknya)
Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi adalah kepala kabilah Daus di masa jahiliyah, salah seorang pemuka orang-orang Arab yang berkedudukan tinggi, satu dari para pemilik muru’ah yang diperhitungkan orang banyak.

Panci miliknya tidak pernah turun dari api karena senantiasa di pakai untuk memasak dalam rangka menjamu tamu dan pintu rumahnya tidak pernah tertutup dari tamu yang mengetuk untuk bermalam.

Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi


“Sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk mencium kepada Abdullah bin Hudzafah, dan aku yang pertama kali akan memulainya”. (Umar bin al-Khattab).
Pahlawan kisah kita kali ini adalah seorang laki-laki dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamyang bernama Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi.
Sejarah mungkin melewati nama laki-laki ini sebagaimana ia melewati jutaan orang Arab sebelumnya tanpa mencatatnya dalam lembarannya atau terbetik dalam benaknya.
Namun Islam yang agung memberi peluang kepada Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi untuk bertemu dengan penguasa dunia di zamannya, Kisra Raja Persia dan Kaisar Raja Romawi.

Said bin Amir al-Jumahi


“Said bin Amir, seorang laki-laki yang membeli akhirat dengan dunia dan mementingkan Allah dan Rasul-Nya di atas selain keduanya.” (Ahli Sejarah)
Anak muda ini, Said bin Amir, adalah satu dari ribuan orang yang keluar ke daerah Tan’im di luar Mekah atas undangan para pemuka Quraisy untuk menyakikan pelaksanaan hukum mati atas khubaib bin Adi, salah seorang sahabat Muhammad setelah mereka menangkapnya dengan cara licik.

Sebagai pemuda yang kuat dan tangguh, Said mampu bersaing dengan orang-orang yang lebih tua umurnya untuk berebut tempat di depan, sehingga dia mampu duduk sejajar di antara para pemuka Quraisy seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayyah, dan lain-lainya yang menyelenggarakan acara tersebut.

Sahabat Anas bin Malik


“Ya Allah, limpahkanlah harta dan anak kepadanya dan keberkahan untuknya.”
(Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk Anas bin Malik)
Usia Anas masih sangat muda, ketika ibunya al-Ghumaisha mentalqinnya dengan dua kalimat syahadat. Ibunya mengisi hatinya yang bersih dengan kecintaaan kepada Nabi al-Islam Muhammad bin Abdullah.

Maka di benak Anas pun mulai tumbuh rasa cinta kepada Rasul sekalipun dia belum pernah bersua dengan Nabi yang mulia tersebut, hanya mendengar kisah beliau sebatas dari orang ke orang.

Umair bin Wahab


“Sungguh Umair telah menjadi seseorang yang lebih aku cintai dari sebagian anak-anakku.” (Umar bin al-Khattab)
Umair bin Waham al-Jumahi pulang dari Badar dengan selamat, namun dia meninggalkan anaknya di belakangnya sebagai tawanan di tangan kaum muslimin.

Umair khawatir kaum muslimin akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap anaknya atas dosa-dosa bapaknya, menyiksanya dengan siksaan terburuk sebagai balasan atas penderitaan yang telah dia timpakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sebagai hukuman atas siksaan yang telah dia timpakan kepada para sahabatnya.
Di suatu pagi, Umair menuju masjid untuk thawaf di Ka’bah dan memohon keberkahan kepada berhala-berhalanya, dia melihat Shafwan bin Umayyah[1] yang sedang duduk di sisi Hijir,[2] dia berjalan kepadanya dan mengucapkan, “Im habahan.[3] Wahai sayid Quraisy.”

Hudzaifah bin Yaman


Hudzaifah radhiallahu ‘anhu selalu berjalan di atas sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya biasa datang kepada Nabi untuk bertanya tentang kebaikan. Akan tetapi, Hudzaifah radhiallahu ‘anhu datang kepada Nabi untuk bertanya tentang kejahatan karena khawatir jatuh ke dalamnya.

Hudzaifah telah diberikan kecerdasan dan kebijaksanaan yang membuatnya mengetahui bahwa kebaikan-kebaikan di dunia ini sudah sangat jelas bagi orang yang ingin mengerjakannya. Namun keburukan, masih kabur dan sering tersembunyi. Oleh karena itu, seseorang yang cerdas mestilah benar-benar mempelajari apa itu keburukan beserta tokoh-tkohnya dan apa itu kemunafikan beserta tokoh-tokohnya.

Khalid bin Walid ‘Pedang Allah’ yang Tak Terkalahkan (bag. 2)


Perang Mu’tah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim sebuah pasukan yang berjumlah sebanyak 3000 prajurit ke daerah Mu’tah untuk membalas dendam terhadap kematian Harits bin Umair al-Azdi radhiallahu ‘anhuyang diutus oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membawa suratnya kepada Raja Bushra guna menyerunya masuk Islam.

Khalid bin Walid ‘Pedang Allah’ yang Tak Terkalahkan (bag. 1)


Siapakah Khalid bin Walid?

Dia bernama Khalid bin Walid bin Mughirah bin Abdullah bin Umair bin Makhzum. Ia dijuluki saifullah(pedang Allah). Ia seorang pahlawan Islam, panglima para mujahid, dan pemimpin pasukan yang selalu dibantu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia tak pernah terkalahkan baik di masa jahiliah maupun setelah Islam. Ia memiliki ide-ide yang cemerlang, keperkasaan yang tiada tara, dan taktik yang jitu. Ia termasuk salah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Gelarnya/kun-yahnya adalah Abu Sulaiman.

Khalid bin Walid ‘Pedang Allah’ yang Tak Terkalahkan (bag. 3 – Selesai)


Pembebasan Irak

Setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kemenangan pada kaum muslimin dalam memerangi orang-orang murtad dan orang yang enggan membayar zakat, Abu Bakar ash-Shiddiq menyadari bahwa bahaya besar yang selalu mengancam daulah Islam yang berada di perbatasan wilayah muslimin, yaitu Persia di Irak dan Romawi di daerah Syam. Oleh karena itu, ash-Shiddiq segera memerintahkan saifullahKhalid bin Walid untuk berangkat bersama pasukannya menuju Irak.

Sang pejuang Islam pun berangkat ke Irak. Ia mulai dengan operasi mengirim surat kepada seluruh gubernur bawahan Kisra dan wakil-wakilnya di berbagai kota dan pelosok daerah Irak. Ia ajak mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan masuk ke dalam Islam. Jika tidak mau, mereka mesti membayar jizyah atau pilihan terakhir yaitu perang.

Kesabaran Sahabat dalam Peperangan


Kekalahan kaum muslimin dalam Perang Uhud menyimpan hikmah yang luar biasa, bahwa wali-wali Allah tidak selamanya ditolong Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi harus diingat pula bahwa akibat atau akhir segala sesuatu berupa kebaikan baik di dunia maupun di akhirat pasti diraih oleh wali-wali-Nya.
Apabila ada yang mengatakan: “Mengapa Allah membiarkan wali-wali-Nya kalah di hadapan musuh dan tidak menolong? Maka jawabnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Sungguh kalian akan Kami uji dengan kejelekan dan kebaikan sebagai fitnah.” (QS. Al-Anbia: 35)
Terkadang Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji hamba-Nya dengan kemiskinan, musibah, penyakit, dan kekalahan sebagai fitnah untuk mengetahui siapa di antara mereka yang bersabar dan siapa di antara mereka yang berkeluh kesah. Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji mereka dengan harta, kebahagiaan, kesehatan, dan kemenangan agar diketahui siapa di antara mereka yang benar-benar bersyukur atau kufur nikmat.

Fathu Makkah, Hari yang Ditunggu


Fathu Makkah, Hari yang Ditunggu

Tatkala bangsa Arab melihat pertempuran antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaumnya (kabilah Quraisy), mereka berkata, “Biarkan Muhammad berperang melawan kaumnya sendiri, jika dia menang, maka benar bahwa dirinya seorang nabi dan sekaligus kebanggaan bagi kita bangsa Arab dari umat yang lain. Dan jika sebaliknya dia kalah, maka kita telah selamat dari kedustaannya.”
Di sisi lain, ada golongan yang menunggu untuk masuk Islam apabila semua umat manusia telah masuk Islam. Oleh karena itu, mereka menunggu fathu makkah (penaklukan Mekah). Sebab kebanyakan manusia taklid dan mengekor pada manusia yang lain tanpa menilai kebenaran yang hakiki dengan akalnya yang lurus dan dalil.

Menggoncang Kesombongan Kafir Quraisy


Menggoncang Kesombongan Quraisy

Kesombongan akan berakhir dengan kehinaan, kesewenang-wenangan akan berakhir dengan kekalahan dan menyerah. Yang menyiksa, mengusir, dan memerangi berbalik menjadi yang tersiksa, terusir, dan diperangi. Yang menang berubah menjadi kalah dan sebaliknya. Itulah hari-hari berlalu digilir oleh Allah, sebagaimana ditegaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Alquran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memusatkan perhatian kepada Quraisy untuk menghancurkan mereka sebagai balasan atas kejahatan mereka. Perlu diketahui, pangkal kekuatan Quraisy terdapat pada perdagangan mereka dari kedua jalur. Adakalanya beliau berangkat sendiri memimpin pasukan dan adakalanya mengutus para sahabatnya untuk memerangi (sebagaimana mereka telah memerangi dan mengambil harta Muhajirin ed.) dan memanfaatkan harta mereka baik dalam perjalanan kafilah keluar dari Mekah atau sekembalinya dari perdagangan. Tujuannya agar Quraisy dan seluruh umat Islam sepanjang zaman mengetahui bahwa agama Islam dan ahlinya (pemeluknya) bukanlah orang-orang yang hina di hadapan musuh-musuhnya. Juga, supaya umat manusia menyadari bahwa kekuatan dan kemuliaan adalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.

Abu Uqail Meninggal dengan Jari Menunjuk Ke Langit


Dari Ja’far bin Abdillah bin Aslam berkata, “Tatkala Perang Yamamah berlangsung dan kaum muslimin berada di tengah medan perang, orang yang pertama kali mendapat luka adalah Abu Uqail. Dia terkena panah pada bagian antara kedua bahu dan dadanya namun tidak meninggal dunia. Kemudian panah itu dicabut sehingga pada siang hari tangan kirinya terasa lemah. Kemudian ia dibawa ke dalam kemah.
Ketika peperangan semakin memanas, umat Islam tampak mengalami kekalahan serta mulai melewati batas yang ditentukan, sementara itu Abu Uqail dalam kondisi lemah karena luka, tiba-tiba ia mendengar Ma’n bin Addy menyeru, ‘Wahai kaum Anshar, mohonlah pertolongan kepada Allah, mohonlah pertolongan kepada Allah, seranglah musuhmu!’

Perang Mu’tah


Ketangguhan tiga panglima perang Mu’tah

Singkatnya, pasukan Islam yang berjumlah 3000 personel diberangkatkan. Ketika mereka sampai di daerah Ma’an, terdengar berita bahwa Heraklius mempersiapkan 100 ribu pasukannya. Selain itu, kaum Nasrani dari beberapa suku Arab pun telah siap dengan jumlah yang sama. Mendengar kabar demikian, sebagian sahabat mengusulkan supaya meminta bantuan pasukan kepada Rasulullah atau beliau memutuskan suatu perintah.

Biografi Khalid bin Walid


Biografi Khalid bin Walid radhiyallahu’anhu

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.. Amma Ba’du:
Tulisan ini adalah bagian kecil dari biografi seorang tokoh terkemuka umat ini, dia salah seorang pahlawan dan kesatria umat ini, dia salah seorang tokoh shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, dan dari perjalanan hidupnya ini kita akan menggali berbagai pelajaran dan ibroh.

‘Amr bin Al-Jamuh


Bagian 1
Buah-buah perjuangan Islam mulai tampak di Madinah. Inilah Mush’ab bin Umair radhiyAllahu ‘anhu dikerubungi sejumlah pemuda Yatsrib yang menjadi kota yang baik dan bersinar, tidak seperti sebelumnya, buruk dan gelap. Lebih-lebih menjadi kota Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wasallam.

Disekitar Mush’ab, duduklah Khallad, Mu’adz, dan Mu’awwadz, anak-anak ‘Amr bin Al-Jamuh, tuan bani Salamah. Diantara mereka juga terdapat Mu’adz bin Jabal radhiyAllahu ‘anhu. Mereka mendengarkan Mush’ab bin Umair mengajarkan agama Islam dan membaca Alquran. Akan tetapi, anak-anak ‘Amr bin Al-Jamuh merasa sedih karena ayah mereka (‘Amr bin Al-Jamuh), tuan bani Salamah, masih berada dalam kekafirannya. Ia menyembah  yang dinamakannyya Manaf. Ia tidak hanya mencintai berhalanya bahkan sangat perhatian kepadanya. Ia menjadikan temapat khusus baginya di salah satu pojok rumah. Tidak boleh ada yang masuk tempat khusus itu, kecuali dirinya sendiri.

‘Amr bin Al-Jamuh Masuk Islam


Bagian 2
Ia mengambilnya, memandikannya, dan mengembalikannya ke tempat semula. Setelah itu ia bersujud kepadanya seraya berkata : “ Jika aku tahu orang yang melakukan perbuatan ini, maka aku akan membunuhnya.”
Pada malam ketiga, anak-anaknya mendatangi lagi  tersebut. Mereka mengikatnya dengan tali-tali pada bangkai anjing dan melemparkannya di sumur Bani Salamah yang menjadi tempat pembuangan kotoran dan sampah mereka. Untuk ketiga kalinya, ‘Amr bertanya kepada anak-anaknya : “ Bagaimana keadaan kalian ?”

Infak Sahabat Nabi


Begitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di kota Madinah, unta beliau menderum di kebun milik dua orang anak dari kalangan sahabat beliau. Maka, tempat itulah yang dijadikan sebagai areal masjid. Kedua anak tersebut lebih memilih menghibahkan tanah itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di dalam hadis tentang peristiwa hijrah yang panjang disebutkan, “Lalu, beliau mengendarai binatang tunggangannya dengan diiringi orang-orang. Sampai akhirnya, binatang tersebut menderum di lokasi (calon) masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah. Di tempat itu, hari itu juga beliau mendirikan shalat bersama kaum muslimin. Lokasi tersebut adalah kebun kurma milik Suhail dan Sahl, dua orang anak yatim yang berada di bawah asuhan As’ad bin Zurarah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika binatang tunggangannya menderum di tempat tersebut, ‘Tempat ini, insya Allah, akan menjadi tempat tinggal (saya).’ Kemudian, beliau memanggil dua orang anak pemilik tanah tersebut dan menawar tanah mereka untuk dijadikan masjid. Keduanya berkata, ‘Tidak, bahkan kami menghibahkannya untukmu, wahai Rasulullah.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam enggan untuk menerimanya sebagai hibah, hingga beliau membelinya dari keduanya ….” (H.r. Bukhari, no. 3906)

Keberanian Zubair

abdullah-bin-zubair

Al-Laits meriwayatkan dari Abul Aswad dari Urwah, katanya,
“Az-Zubair memeluk Islam dalam usia 8 tahun. Suatu waktu dia pernah tersugesti oleh setan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditangkap di dataran tinggi Mekkah. Az-Zubair yang masih kanak-kanak, berusia 12 tahun keluar rumah sambil membawa pedang. Setiap orang yang melihatnya terheran-heran dan berkata, 
‘Anak kecil menenteng pedang?!’ 
Hingga akhirnya bertemu Nabi. Nabi turut heran terhadapnya dan bertanya, 
‘Ada apa denganmu wahai az-Zubair?!’
Az-Zubair mengabarkan (sugesti yang terlintas dalam pikirannya) seraya berkata, 
‘Aku datang untuk memenggal dengan pedangku ini siapa pun yang menangkapmu!’ [Siyar A’lam an-Nubala, I/41-42]
Sumber: 30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama, karya Salim Sholih Ahmad ibn Madhi, Islamhouse.com
Artikel www.kisahmuslim.com dengan sedikit perubahan.

5 pemain Muslim yang berpotensi "meledak" tahun ini

Beberapa orang di Twitter begitu ribut menanyakan kepada kami tentang para pemain Muslim yang potensial di masa depan, barangkali untuk kepentingan mereka bermain FIFA, PES, FM atau Fantasy Football. Oleh karena itu, kami akan jabarkan 5 pemain Muslim yang berpotensi "meledak" tahun ini:

Shehata: Siapapun yang mengenakan seragam Mesir harus taat beragama!



Para pemain Mesir bersujud di Piala Afrika 2010
Banyak cara berdakwah untuk mengajak umat Islam bersungguh-sungguh menjalankan ajaran agamanya. Hassan Shehata, mantan pelatih timnas Mesir, menemukan cara unik. Selain memiliki skill bagus, Shehata juga mempertimbangkan kesalehan pemain untuk direkrut ke timnas.

Pernyataan Shehata ini dipublikasikan oleh sebuah majalah Mesir, Januari 2010 lalu. Dengan 94 persen penduduk Mesir menganut agama Islam, kebijakan Shehata ini tidak menuai kontroversi.

Pernyataan Shehata yang dilansir surat kabar nasional Mesir ini menunjukkan bahwa fenomena percampuran antara olahraga dan agama makin meningkat di negara dengan penduduk Muslim sekitar 80 juta itu.

Anelka bersyahadat di Fenerbahce



Sebelum menjadi seorang Muslim, Anelka adalah seorang atheis alias tidak percaya adanya Tuhan. Ia bukanlah penganut agama Kristen, seperti yang diperkirakan sebagian orang, karena Anelka pernah benar-benar tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Namun, ketika tidak beragama itulah, dia banyak bergaul dengan temannya dari keluarga Muslim.

Dari situlah striker yang kini membela klub Liga Super Cina, Shanghai Shenhua itu mulai tertarik dengan Islam. “Saya menjadi ‘seorang Muslim’ sejak saya berusia 16 tahun,” kata Anelka kepada majalah Super yang berbasis di Arab Saudi.

Kepada majalah FourFourTwo, juru gedor 33 tahun yang mengantarkan Prancis merengkur tropi Piala Eropa 2000 ini mengungkapkan alasan mengapa memilih Islam. Islam, kata Anelka, adalah cara hidup yang sesuai dengannya.

Jangan Gila Pujian


Ikhlas, tidak mengharap selain ridho Allah, itu yang dituntut ketika kita beramal. Namun kadang, hati selalu mengharap pujian orang lain, ini yang mesti diwaspadai karena dapat merusak amalan yang semula adalah baik.

Hadits-Hadits Tentang Bid’ah


Banyak kaum muslimin yang masih meremehkan masalah bid’ah. Hal itu bisa jadi karena minimnya pengetahuan mereka tentang dalil-dalil syar’i. Padahal andaikan mereka mengetahui betapa banyak hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang membicarakan dan mencela bid’ah, mereka akan menyadari betapa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sering membahasnya dan sangat mewanti-wanti umat beliau agar tidak terjerumus pada bid’ah. Jadi, lisan yang mencela bid’ah dan mewanti-wanti umat dari bid’ah adalah lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri.

Awas Hadits-Hadits Palsu!


Al-Qur’an dan as-Sunnah adalah dua sumber hukum Islam yang menjadi pegangan hidup umat Islam. Allah sendiri yang akan menjaga al-Qur’an dari pengubahan, penambahan atau pengurangan, walaupun hanya satu huruf atau satu harakat saja. Begitu pula dengan As Sunnah (al-Hadits) sebagai penjaga makna atau penjelas al-Qur’an juga akan terjaga. Maka tidak ada seorangpun di ujung dunia yang membuat-buat hadits dusta kecuali akan terkuak kepalsuannya.

Hadits Shahih Sumber Hukum Syari’at, Bukan Hadits Dha’if


Selain bertopang pada al-Quran, hukum yang ditetapkan dalam agama Islam haruslah berlandaskan hadits shahih, bukan hadits dha’if. Allah ta’ala telah mengistimewakan agama ini dengan adanya sanad (jalur periwayatan) hadits. Sanad merupakan penopang agama. Oleh karena itu, hadits shahih wajib diamalkan, adapun hadits dha’if, wajib ditinggalkan. Seorang muslim tidak diperkenankan untuk menetapkan suatu hukum dari sebuah hadits, kecuali sebelumnya dia telah meneliti, apakah sanad hadits tersebut shahih ataukah tidak?

12 Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan


Islam adalah agama yang ilmiah. Setiap amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan kepada Islam harus memiliki dasar dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang otentik. Dengan ini, Islam tidak memberi celah kepada orang-orang yang beritikad buruk untuk menyusupkan pemikiran-pemikiran atau ajaran lain ke dalam ajaran Islam.

kebijakan penghancuran kuil-kuil Hindu

Dengan demikian, kebijakan penghancuran kuil-kuil Hindu ini adalah sebuah hukuman bagi orang-orang Hindu yang telah berhianat kepada negara, bukan sebagai bentuk intoleran yang dilakukan oleh Aurangzeb.
Inilah sosok Raja Aurangzeb, seorang raja yang berusaha meniti jalan kebenaran, mempelajari Islam yang murni dan menerapkannya secara pribadi dan untuk masyarakatnya. Semoga Allah merahmati Raja Aurangzeb.

Kepala-kepala suku dan tokoh-tokoh agama mengadakan pemberontakan

Kepala-kepala suku dan tokoh-tokoh agama mengadakan pemberontakan di masa Aurangzeb juga dilatarbelakangi kekecewaan mereka terhadap kepemimpinan Shah Jahan –ayah Aurangzeb- yang mengutamakan kemewahan dan menyebabkan himpitan perekonomian. Ketika pemberontakan pecah di salah satu wilayah Mughal, maka kuil-kuil setempat merupakan corong utama yang memprovokasi masyarakat untuk mengadakan pemberontakan. Oleh karena itu, selama pemimpin pemberontakan ada dan kuil-kuil pendukung mereka tetap eksis, maka stabilitas keamanan di wilayah Mughal akan sulit diwujudkan.
Oleh karena itu ditegakkan aturan, perang terhadap para pemberontak berkonsekuensi menghancurkan tempat pemberontakan itu dirancang, yaitu kuil. Contohnya adalah pemberontakan yang terjadi pada tahun 1669 M, di Banaras yang dipimpin oleh rival politik Mughal, Shivaji. Ia menggunakan kuil setempat untuk mendukung aksinya. Setelah memberantas kelompok Shivaji, Aurangzeb menghancurkan kuil di Banaras yang digunakan sebagai tempat penyusunan strategi untuk memberontak kepada pemerintah. Peristiwa serupa juga terjadi pada tahun 1670 M di Mathura, pemberontak di daerah tersebut membunuh tokoh-tokoh agama Islam. Metode pemberantasan yang sama diterapkan Aurangzeb, yakni menghancurkan kuil yang menyeponsori pemberontakan tersebut.

Setelah mengetahui fungsi kuil yang signifikan

Setelah mengetahui fungsi kuil yang signifikan, barulah kita membahas dan memahami mengapa Aurangzeb sampai menghancurkan kuil-kuil tertentu. Tidak ada catatan minor dalam sejarah yang mengisahkan bahwa Aurangzeb menghancurkan kuil di India secara serampangan. Kuil-kuil yang ia hancurkan benar-benar telah diputuskan dengan kebijakan yang matang dan juga hanya sebagian kecil dari total kuil-kuil Hindu yang ada di India. Keputusan penghancuran kuil itu tidak dilandasi oleh sentiment keagamaan, akan tetapi lebih kepada faktor politik yang dapat membahayakan stabilitas kerajaan dan masyarakat Mughal.

Aurangzeb berkeyakinan bahwa penghancuran kuil-kuil atau tempat peribadatan

Jika Aurangzeb berkeyakinan bahwa penghancuran kuil-kuil atau tempat peribadatan adalah bertentangan dengan syariat Islam, lalu bagaimana isu bahwa ia melakukan pengrusakan bisa muncul? Jawabannya adalah hal tersebut merupakan kebohongan yang dibuat-buat oleh lingkungan politik kuil.
Perlu diketahui, kuil-kuil Hindu dan Shikh bukan hanya tempat untuk beribadah semata, akan tetapi kuil juga memiliki pengaruh politik yang siknifikan. Kuil berfungsi sebagai pusat perpolitikan dan bagian dari negara, kepala kuil juga bekerja kepada pemerintah. Saat raja-raja Mughal atau raja Hindu di luar daerah Mughal ingin mendekati rakyat, maka mereka terlebih dahulu mendekati tokoh-tokoh agama di kuil untuk mendapatkan simpatik dari rakyat di wilayah tersebut. Dengan demikian, kuil pada saat itu lebih dari sekedar bangunan yang bersifat religius, akan tetapi ia juga merupakan sebuah potensi untuk menggapai pengaruh politik.

Isu negatif lainnya yang ditudingkan kepada Aurangzeb

Isu negatif lainnya yang ditudingkan kepada Aurangzeb adalah, masa pemerintahannya diwarnai dengan penghancuran kuil-kuil Hindu dan Shikh serta menolak adanya pembangunan rumah ibadah yang baru. Hal ini seolah-olah menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan.
Perlu diketahui, penjagaan dan pelestarian candi dan kuil oleh umat Islam –dengan standar legal dalam hukum Islam- telah berlangsung sekian lama. Pasukan Islam pertama kali datang ke India pada tahun 711 M di bawah pimipinan Muhammad bin Qasim yang telah memberikan jaminan beragama dan keamanan pada kuil-kuil Hindu dan Budha. Aturan yang sama pun diberlakukan selama ratusan tahun sebelum kerajaan Mughal berkuasa. Aurangzeb tidak mengabaikan hukum-hukum Islam terhadap kelompok minoritas atau kelompok mayoritas yang tidak memiliki kekuasaan. Ia juga mengetahui bahwa syariat Islam melarang penodaan-penodaan terhadap tempat ibadah. Ia mengatakan, “Menurut keyakinan dan syariat Islam, kuil-kuil yang merupakan peninggalan zaman sebelumnya tidak selayaknya dihancurkan.”

Sikap Aurangzeb Terhadap Masyarakat Hindu dan Sikh

Telah kita ketahui prestasi-prestasi dan sosok Aurangzeb yang begitu religius, namun ada beberapa sejarawan dan akademisi berpendapat bahwa Aurangzeb hanyalah seorang raja yang mewarisi kekerasan dan intoleran. Ia juga disebut sebagai penghancur kuil dan raja yang selalu berusaha mengeliminasi orang-orang non-muslim dari wilayah kekuasaannya. Benarkah demikian?
Sikap Aurangzeb terhadap orang-orang Hindu dan Shikh bukanlah sikap diskriminatif seperti yang dituduhkan sebagian sejarawan. Puluhan orang-orang Hindu ia angkat jadi pegawainya di istana, kantor, dan penasihatnya bahkan Aurangzeb adalah raja yang paling toleran dalam perjalanan kerajaan Mughal. Terbukti dengan orang-orang Hindu dan Shikh ambil bagian dalam jajaran pemerintahan dan militernya, tentu saja ini menunjukkan bahwa Aurangzeb bukanlah seorang yang kaku dalam keagamaan dan serta merta menolak kontribusi non-muslim.

Buku ini kemudian disebarkan ke penjuru wilayah Mughal

Buku ini kemudian disebarkan ke penjuru wilayah Mughal agar dijadikan panduan hukum dan memberantas penyakit-penyakit sosial, seperti: mabuk-mabukan, perjudian, dan prostitusi yang memang berusaha dihabisi oleh kerajaan. Pungutan pajak yang tidak sesuai syariat juga ia hapuskan, padahal tata perpajakan ini sudah sejak dulu dipratikkan oleh kerajaan Mughal.
Untuk mem-back up pendapatan besar yang sebelumnya diperoleh dari pajak, Aurangzeb mengurangi gaya hidup mewah yang dipratikkan para raja sebelumnya. Ia tidak tinggal di istana mewah seperti yang dilakukan oleh ayahnya, tradisi-tradisi kerajaan yang dianggap menghambur-hamburkan uang dihapuskan; seperti pentas musik dan perayaan ulang tahun raja.

Untuk mewujudkan penerapan syariat Islam

Untuk mewujudkan penerapan syariat Islam dalam pemerintahannya, Aurangzeb berupaya mengumpulkan jurnal-jurnal fikih menjadi sebuah buku yang sistematis sehingga mudah untuk dijadikan acuan. Ia juga memfasilitasi ratusan cendekiawan muslim dari berbagai penjuru negeri untuk memformulasikan fikih Islam. Hasilnya adalah sebuah buku fenomenal dalam fikih Hanafi yang berjudul Fatawa al-Amgiri atau juga dikenal dengan Fatawa al-Hindiya yang merupakan ikhtisar dari fikih Madzhab Hanafi.

Aurangzeb menjadi raja Mughal sebelum ayahnya mangkat

Aurangzeb menjadi raja Mughal sebelum ayahnya mangkat. Meskipun ia sangat menghormati ayahnya, namun Aurangzeb cukup vokal menentang kebijakan-kebijakan ayahnya, seperti gaya hidup yang boros dan berlebih-lebihan. Di antara kebijakan sang ayah yang ia kritik adalah pembangunan Taj Mahal, sebuah makam yang dibangun oleh ayahnya untuk mendiang ibunya, Mumtaz Mahal. Menurut Aurangzeb, pembangunan makam tersebut bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang melarang meninggikan bangunan di atas makam, dan tentu saja hiasan dan ornamen-ornamen Taj Mahal pasti membutuhkan biaya yang besar. Ia menyatakan, “Meninggikan bangunan di atas makam adalah sesuatu yang ilegal, dan tidak diragukan lagi hal itu merupakan pemborosan (sesuatu yang mubadzir).” Ia juga lantang menyerukan larangan mengagungkan kuburan-kuburan tokoh-tokoh agama karena yang demikian menurutnya adalah praktik pengkultusan terhadap penghuni kubur dan sangat jauh dari tuntunan syariat Islam.

Mendakwahkan Islam

Salah satu cita-cita luhur yang diidamkan Aurangzeb adalah melandasi pemerintahan kerajaan Mughal dengan ajaran Islam yang murni. Raja-raja sebelumnya, walaupun mereka muslim, tidak menerapkan syariat Islam secara kafah dalam pemerintahan mereka. Contohnya adalah sang kakek, Raja Akbar, dalam kehidupan dan pemerintahannya, sang kakek sering kali menentang prinsip ajaran Islam dengan mengadopsi tata nilai; akidah dan amalan yang bukan berasal dari Islam. Cita-cita Aurangzeb ini diilhami oleh pendidikan dan keyakinannya yang kuat akan ajaran Islam.

kejayaan kerajaan telah dirintis pendahulunya

Sebenarnya, kejayaan kerajaan telah dirintis pendahulunya semenjak pemerintahan Raja Akbar, Jehangir, dan Syah Jehan. Shah Jahan adalah ayah dari Aurangzeb, ialah yang membangun Taj Mahal di Agra. Ayahnya memilihkan guru-guru terbaik untuk mendidiknya sejak kecil. Di usia kanak-kanak, Aurangzeb mendalami Alquran, hadis, dan cabang-cabang ilmu keislaman lainnya. Ia memiliki semangat yang luar biasa dalam membaca, kemampuan membaca dan menulis dalam bahasa Arab, Persia, dan Turki-nya pun luar biasa. Aurangzeb juga dilatih agar pandai dalam menulis kaligrafi, beberapa karya kaligrafinya masih bisa temui saat ini.

Latar Belakang Aurangzeb

Untuk mengetahui seperti apa Aurangzeb, penting bagi para pembaca untuk mengetahui secara utuh masa pemerintahan Aurangzeb selama 49 tahun. Kerajaan Mughal menguasai India sejak masa kepemimpinan Babur pada tahun 1526 M. 150 tahun kemudian, Aurangzeb menduduki puncak tahta, sebagai raja kerajaan Mughal. Saat itu, Mughal mencapai puncak kejayaannya. KerAjaan ini menguasai anak benua India dan kerajaan terkaya di dunia kala itu.

orang Hindu dan Sikh menganggap Aurangzeb sebagai sosok seorang raja yang kejam

Orang-orang Hindu dan Sikh menganggap Aurangzeb sebagai sosok seorang raja yang kejam dan bengis, mengekang kebebasan, dan intoleran. Sebaliknya, orang-orang Islam menganggapnya sebagai profil pemimpin yang agamis dan adil. Pembahasan kali ini akan menyibak retorika tersebut, mendudukkan dan memberikan penjelasan tentang Aurangzeb sebagai seorang raja muslim yang memerintah sebuah negeri yang mayoritas masyarakatnya adalah orang-orang Hindu.

Mughal adalah kerjaan Islam di anak benua India

Mughal adalah kerjaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibu kotanya, beridiri antara tahun 1526 -1858 M. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur. Di antara raja-raja Mughal yang membawa kerajaan ini mencapai masa keemasannya adalah Aurangzeb Alamgir yang memerintah 1658 – 1707 M. Dalam sejarah, ia terkesan sebagai sosok yang kontroversial, seorang raja yang agamis, namun di sisi lain sebagian sejarawan mengatakan kebijakan-kebijakannya sangat bertentangan dengan apa yang ia yakini; seperti intoleran, merusak tempat-tempat ibadah agama lain, dsb. Begitulah saat kita membaca sejarah, selalu ada kubu yang pro dan yang kontra.
Para sejarawan membaca rekam jejak pemerintahan Islam di India, maka perspektif mereka sangat membentuk opini mereka dalam menyajikan sejarah. Sebagian orang melihat seorang tokoh sejarah sebagai tokoh besar yang menginspirasi, namun sebagian yang lain bisa jadi malah menganggap tokoh yang sama sebagai seorang tiran.

Sejarah Islam: Aurangzeb Alamgir, Raja Kerajaan Islam Mughal di India

Di masa abad pertengahan, setidaknya ada dua kerajaan besar Islam yang menguasai sebagian besar wilayah dunia; Kerajaan Utsmani di Turki dan Kerajaan Mughal di India. Banyak data-data sejarah yang telah membahas tentang kerajaan Turki Utsmani yang begitu fenomenal, namun sangat sedikit tulisan-tulisan yang mengisahkan bagaimana kerajaan Mughal itu.

Usaha-usaha Musthofa Kamal Basya Ataturk

Usaha-usaha Musthofa Kamal Basya Ataturk dalam menghancurkan kekhilafahan setelah berhasil menyingkirkan sultan Abdulhamid kedua adalah:
  1. Pada awal November 1922 M ia menghapus kesultanan dan membiarkan kekhilafahan
  2. Pada tanggal 18 November 1922M ia mencopot Wahieduddin Muhammad keenam dari kekhilafahan.
  3. Pada Agustus 1923 M ia mendirikan Hizb Al Sya’b Al Jumhuriah (Partai Rakyat Republik) dengan tokoh-tokoh pentingnya kebanyakan dari Yahudi Al Dunamah dan Masoniyah.
  4. Pada tanggal 20 oktober 1923 M Republik Turki diresmikan dan Al Jum’iyah Al Wathoniyah (Organisasi nasional) memilih Musthofa Kamal sebagai presiden Turki.
  5. Pada tanggal 2 Maret 1924 M Kekhilafahan dihapus total.
Demikianlah sempurna sudah keinginan orang-orang Yahudi untuk menjadikan kekhilafahan sebagai Negara sekuler yang dipimpin seorang Yahudi yang berkedok muslim.
Mudah-mudahan ringkas sejarah permusuhan Yahudi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi pelajaran bagi kaum muslimin.

Orang Yahudi dalam menjalankan rencana tipu daya

Orang Yahudi dalam menjalankan rencana tipu daya mereka menggunakan kekuatan berikut ini:
  1. Yahudi Al Dunamah. Diantara tokohnya adalah Madhaat Basya dan Mushthofa Kamal Ataturk yang memiliki peran besar dan penting dalam penghancuran kekhilafahan Utsmaniyah.
  2. Salibis Eropa yang sangat membenci islam dan kaum muslimin dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan beberapa Negara eropa yaitu Bulgaria, Rumania, Namsa, Prancis, Rusia, Yunani dan Italia.
  3. Organisasi bawah tanah/rahasia, khususnya Masoniyah yang terus berusaha merealisasikan tujuan dan target Zionis.

tentang tipu daya dan makar Yahudi

Memang berbicara tentang tipu daya dan makar Yahudi kepada kaum Muslimin sejak wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hingga kini membutuhkan pembahasan yang panjang sekali. Namun rasanya cukup memberikan 3 contoh kejadian besar dalam sejarah Islam untuk mengungkapkan permasalahan ini. Yaitu:
  1. Fitnah pembunuhan khalifah UtsmanIni adalah awal keberhasilan Yahudi dalam menyusup dan merusak Islam dan kaum muslimin. Tokoh yahudi yang bertanggung jawab terjadinya peristiwa ini adalah Abdullah bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu Sauda’. Kisahnya cukup masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab sejarah Islam.
  2. Fitnah Maimun Al Qadaah dan perkembangan sekte Bathiniyah. Keberhasilan Abdullah bin Saba’ membuat fitnah di kalangan kaum Muslimin dan mengajarkan saba’isme membuat orang Yahudi semakin berani. Sehingga belum habis fitnah Sabaiyah mereka sudah memunculkan tipu daya baru yang dipimpin seorang Yahudi bernama Maimun bin Dieshaan Al Qadaah dengan membuat sekte Batiniyah di Kufah tahun 276 H. Imam Al Baghdadi menceritakan: Diatara orang yang membangun sekte Bathiniyah adalah Maimun bin Dieshaan yang dikenal dengan Al Qadaah seorang maula bagi Ja’far bin Muhammad Al Shodiq yang berasal dari daerah Al Ahwaaz dan Muhammad bin Al Husein yang dikenal dengan Dandaan. Mereka berkumpul bersama Maimun Al Qadah di penjara Iraaq lalu membangun sekte Bathiniyah.Tipu daya Yahudi ini terus berjalan dalam bentuk yang beraneka ragam sehingga sekte ini berkembang menjadi banyak sekali sektenya dalam kaum muslimin, sampai-sampai menghalalkan pernikahan sesama mahrom dan hilangnya kewajiban syariat pada seseorang.
  3. Penghancuran kekhilafahan Turki Utsmani ditangan gerakan Masoniyah dan akibat yang ditimbulkan berupa perpecahan kaum muslimin.Orang Yahudi mengetahui sumber kekuatan kaum muslimin adaalh bersatunya mereka dibawah satu kepemimpinan dalam naungan kekhilafahan Islamiyah. Oleh karena mereka segera berusaha keras meruntuhkan kekhilafahan yang ada sejak zaman Khulafa’ Rasyidin sampai berhasil menghapus dan meruntuhkan negara Turki Utsmaniyah. Orang Yahudi memulai konspirasinya dalam meruntuhkan Negara Turki Utsmaniyah pada masa sultan Murad kedua (tahun 834-855H) dan setelah beliau pada masa sultan Muhammad Al Faatih (tahun 855-886H) yang meningal diracun oleh Thobib beliau seorang Yahudi bernama Ya’qub Basya. Demikian juga berhasil membunuh Sultan Sulaiman Al Qanuni (tahun 926-974H) dan para cucunya yang diatur oleh seorang Yahudi bernama Nurbaanu. Konspirasi Yahudi ini terus berlangsung di masa kekhilafahan Utsmaniyah lebih dari 400 tahunan hingga runtuhnya di tangan Mushthofa Ataturk.

Marhalah ketiga:

Tipu daya dan makar mereka terhadap islam setelah wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
Orang Yahudi memandang tidak mungkin melawan Islam dan kaum muslimin selama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam masih hidup. Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam wafat, orang Yahudi melihat adanya kesempatan untuk membuat makar kembali terhadap Islam dan muslimin. Mereka mulai merencanakan dan menjalankan tipu daya mereka untuk memalingkan kaum muslimin dari agamanya. Namun tentunya mereka lakukan dengan lebih baik dan teliti dibanding sebelumnya. Sebagian target mereka telah terwujud dengan beberapa sebab diantaranya:
  1. Kaum muslimin kehilangan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
  2. Orang Yahudi dapat mengambil pelajaran dan pengalaman dari usaha-usaha mereka terdahulu sehingga dapat menambah hebat makar dan tipu daya mereka.
  3. Masuknya sebagian orang Yahudi ke dalam Islam dengan tujuan memata-matai kaum muslimin dan merusak mereka dari dalam tubuh kaum muslimin.

Marhalah kedua:

Masa perang senjata antara Yahudi dan Muslimin di zaman Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
Orang Yahudi tidak cukup hanya membuat keonaran dan fitnah kepada kaum muslimin semata bahkan merekapun menampakkan diri bergabung dengan kaum musyrikin dengan menyatakan permusuhan yang terang-terangan terhadap islam dan kaum muslimin. Namun Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tetap menunggu sampai mereka melanggar dan membatalkan perjanjian yang pernah dibuat diMadinah. Ketika mereka melanggar perjanjian tersebut barulah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan tindakan militer untuk menghadapi mereka dan mengambil beberapa keputusan untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Diantara keputusan penting tersebut adalah:
  1. Pengusiran Bani Qainuqa’
  2. Pengusiran bani Al Nadhir
  3. Perang Bani Quraidzoh
  4. Penaklukan kota Khaibar
Setelah terjadinya hal tersebut maka orang Yahudi terusir dari jazirah Arab.

Usaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam

Usaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallamOrang Yahudi tidak pernah henti berusaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, diantaranya adalah kisah yang disampaikan Ibnu Ishaaq bahwa beliau berkata: Ka’ab bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin Shurie dan Syaas bin Qais saling berembuk dan menghasilkan keputusan berangkat menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam untuk memfitnah agama beliau. Lalu mereka menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata: Wahai Muhammad engkau telah tahu kami adalah ulama dan tokoh terhormat serta pemimpin besar Yahudi, Apabila kami mengikutimu maka seluruh Yahudi akan ikut dan tidak akan menyelisihi kami. Sungguh antara kami dan sebagian kaum kami terjadi persengketaan. Apakah boleh kami berhukum kepadamu lalu engkau adili dengan memenangkan kami atas mereka? Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam enggan menerimanya. Lalu turunlah firman Allah: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Qs. 5:49