Spanduk "selamanya tulen" di stadion Beitar. (AFP) |
Dilansir Saudi Gazette, Sabtu (9/2/2013), jurubicara kepolisian Israel di Al-Quds (Yerusalem) Shmuel Ben Ruby mengatakan kebakaran diduga akibat bom molotov yang dilemparkan ke kantor manajer klub Meir Harush. Ruangan kantor itu menyimpan benda kenangan milik klub seperti tropi dan plakat kejuaraan, seragam khusus tim serta memorabilia lainnya. Tidak ada korban dalam peristiwa itu.
Menanggapi kejadian itu klub sepakbola Beitar mengatakan bahwa aksi pembakaran tersebut melewati batas, karena merupakan tindak kekerasan dan rasisme.
“Mereka yang melakukan tindakan yang sangat dibenci ini,” kata Beitar dalam pernyataannya, “menyebabkan kerusakan yang sulit digambarkan atas barang-barang bersejarah milik Beitar seperti trofi, plakat dan memorabilia lainnya.”
Beitar menyatakan tetap bertekad melawan kekerasan dan rasisme, meskipun mereka mendapatkan serangan seperti itu.
Belum lama ini, Beitar menandatangani kontrak dengan dua pemain Muslim asal Chechnya, Zaur Sadayev dan Gabriel Kadiev, sehingga menyulut kemarahan para penggemarnya yang menentang keberadaan pemain Muslim atau Arab dalam klub sepakbola Yahudi Israel itu.
Peristiwa pembakaran itu terjadi harnya satu hari setelah berkas tuntutan dimasukkan oleh Kejaan Distrik Yerusalem ke pengadilan setempat atas empat orang penggemar Beiter yang mengeluarkan pernyataan rasis menentang para pemain Arab dan Muslim, termasuk para pemain baru, yang bergabung dalam kesebelasan itu.
Para fans membentangkan spanduk bertuliskan “selamanya tulen” pada sebuah pertandingan. “Kami menentang eksistensi bersama [Israel dan Arab]. Beitar mewakili Israel, bukan bangsa Arab,” ujar Aaron Cohen, serdadu berusia 22 tahun yang berjanji akan mencemooh para pemain beragama Islam yang berada di lapangan. “Kami akan membuat mereka sengsara.”
Pembelian itu akan menandai berakhirnya fenomena unik yang menurut beberapa pihak sudah menjadi kebijakan tidak tertulis. Selama berpuluh-puluh tahun, Beitar melarang menyewa pemain Arab atau Muslim. Seorang juru bicara Beitar menampik keberadaan kebijakan semacam itu.
Presiden Israel Shimon Peres melayangkan surat kecaman atas ulah rasis para pendukung itu kepada Asosiasi Sepak Bola Israel.
“Bangsa Yahudi menerima hantaman rasisme lebih keras dari bangsa manapun di dunia—saya percaya seluruh rakyat dikejutkan dengan fenomena ini,” ujarnya.
Beitar sementara ini menduduki posisi keempat dalam Liga Primer Israel setelah sebelumnya menjuarai kompetisi pada tahun 2007 dan 2008. Meskipun tak jarang ada pemain minoritas Arab Israel yang bermain di tim lain dalam liga sepak bola Israel, atau bahkan tim nasional Israel, Beitar adalah pengecualian.
Pelatih Beitar, Eli Cohen, pada Senin lalu mengungkap kepada harian Haaretz bahwa Gaydamak mengontrak pemain Chechnya tanpa berkonsultasi lebih dulu dengannya. Menurutnya, ia lebih menginginkan pemain Israel. Gaydamak, yang pernah dihujat karena menolak membeli pemain Arab, menyatakan berencana menyetujui pembelian itu.
Menurut juru bicara Beitar, Asaf Shaked, di bawah kepemimpinan saat ini Beitar selama empat tahun belakangan tidak pernah berlaku diskriminatif. Menurutnya, para pemain Chechnya akan tiba di Israel pekan depan. Klub sepak bola itu, yang pernah melancarkan negosiasi dengan para pemain Arab, pada musim depan sepertinya akan mengontrak seorang pemain Arab.
“Hal yang paling penting adalah klub tidak pernah bermasalah dengan urusan perbedaan agama atau warna kulit,” ujar Shaked. “Kami punya masalah dengan sekelompok pendukung, dan kami akan terus berjuang.”
Sekitar 20 persen dari 7,8 juta populasi Israel adalah warga Arab. Meski warga Israel keturunan Arab sudah sejak lama menjadi bagian dari tim nasional negeri Zionis itu, seperti Abbas Suan, namun tidak banyak klub bola asal Israel yang memiliki pemain berdarah Arab.
Sumber: Hidayatullah dan The Wall Street Journal Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ini terbebas dari yang namanya CAPTHA. Jadi berkomentarlah dengan baik dan gunakan kata-kata yang sopan. Jangan SPAM, SARA, ataupun PORN.