Search in This Blog

Kamis, 26 September 2013

die *Mutu Manikan dari Kitab Al-Hikam* Syaikh Ahmad Atailah

salamanDi Ingatkan Mungkin Lupa Di Tegur Mungkin Teledor “Sesungguhnya yang perlu diingat adalah orang yang mungkin lupa, dan sesungguhnya yang perlu ditegur adalah orang-orang yang mungkin teledor.” Mestinya yang perlu diingatkan adalah diri kita sendiri,bahwa doa itu sangat utama. Oleh karena itu, jangan lalai. Demikian juga mengingatkan dan menegur orang yang karenanya
kesibukan lupa berdoa, atau berdoa dengan hati yang lalai, sembrono dan sangat teledor. Disini doa berperanan agar hamba Allah tidak asyik dalam masalah duniawi, atau juga Din, atau ibadah lainnya. Berdoa dituntut agar ibadah apapun menjadi segar, karena hubungan yang berupa dialog dengan Allah terjalin terus menerus. Orang yang lupa berdoa, hendaklah selalu diingatkan, karena berdoa merupakan salah satu adab dalam ibadah, yang menjadikan si hamba santun dengan Allah dalam bermohon dan dalam menyampikan munajahnya. Oleh karena Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, maka sudah sewajarnya dan sangat patut, manusia menyampaikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang indah-indah, dengan bahasa yang tersusun dan santun, untuk didengar dan diketahui oleh Allah SWT. Kesopanan berdoa, bukan dengan cara kita menuntut dan memaksakan kehendak kita agar cepat-cepat diabulkan oleh Allah SWT. tidak lah sopan pula apabila kita merinci apa yang kita harapkan dari Allah SWT. Ketika Syaikh Abu Bakar Al-Wasity diminta untuk berdoa, ia berucap, “Saya kuatir jika saya berdoa kemudian Allah SWT bertanya kepadaku: “Jika doamu itu untuk meminta hak milikmu, berarti engkau telah menuduh Aku. Jika engkau memohon sesuatu yang bukan milikmu, berarti engkau telah menyalahgunakan kewajibanmu untuk memuji-Ku. Akan tetapi jika engkau ridha, maka berjalanlah segala sesuatu, seperti yang telah Aku putuskan, pada zaman azali, yaitu sejak dahulu sebelum makhluk Aku diciptakan.” Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Munazil. Ia berkata, “Selama lima puluh tahun aku tidak berdoa ke hadirat Allah. Juga aku tidak ingin agar orang lain mendoakan untukku. Sebab segala sesuatu telah berjalan sesuai ketetapan Allah pada zaman azali, dan aku pun telah rela dan cukup dengan semuanya itu.” Berdoa dan mengharap akan anugerah Allah itu memerlukan kebersihan hati dan kemurniaan jiwa, serta kesucian niat. Doa itu pun ada syarat dan adabnya. Hamba Allah boleh meminta apa saja kepada Allah, menumpahkan seluruh harapan, perasaan, rasa syukur. rasa sedih, dan boleh berkeluh kesah kepada Allah. Allah Maha Mendengar, Maha Merasakan, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Adil, sangat suka mendengar suara hamba-Nya yang datang dengan kesucian jiwa dan kebagusan permohonan, memohon petunjuk dan menolong memberikan hidayah dan taufiq dalam hidup si hamba. Seperti di janjikan Allah: “Ud’uni Astajib Lakum” [mohonlah kepaa-Ku, pasti Aku perkenankan permohonanmu]. Dalam ayat lain, “Ujibu Da’watad Da’i Idza Da’ani” [Aku perkenankan permintaan hamba-Ku, apabila memohon kepada- Ku] *** die *Mutu Manikan dari Kitab Al-Hikam* Syaikh Ahmad Atailah Sumber: http://www.jkmhal.com/main.php?sec=content&cat=2&id=5602

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog ini terbebas dari yang namanya CAPTHA. Jadi berkomentarlah dengan baik dan gunakan kata-kata yang sopan. Jangan SPAM, SARA, ataupun PORN.