Search in This Blog

Rabu, 09 Oktober 2013

Afellay: Mengalahkan ulama, kuat berpuasa, membahagiakan ibu.

 

Hidup Ibrahim Afellay benar-benar seperti roda. Ia sempat mengalami titik nadir kehidupan ketika sang ayah berpulang saat usianya masih kecil. Sang ibu pun harus mengurus keempat saudaranya yang juga masih kecil.

 "Saya berasal dari keluarga miskin. Saya anak yatim karena ayahku meninggal sejak kecil. Untunglah aku punya ibu luar biasa. Yang bisa menghidupi kami dengan bekerja serabutan, tapi juga bisa tetap mengasuh kami dengan kasih sayang," ujarnya dikutip dari PSV.netwerk.

 Untunglah ia dikaruniai talenta bermain bola, dan keteguhan untuk berlatih keras siang-malam mengasah teknik bermain bola. Jalanan dan gang sempit menjadi stadion tempat penggemblengan dirinya. Terbukti kemudian, Afellay bisa mengangkat ekonomi keluarga melalui sepakbola.

Dalam seragam De Oranje
 Untuk menghemat ongkos, ia kerap pergi ke tempat latihan sepakbola di Eindhoven dari tempat tinggalnya di Ultrech menggunakan kereta api. Kadang pula ia menumpang pada truk terbuka. Kini, ia bolak-balik dari tempat sama itu menggunakan mobil mewah.

 Yang membuatnya sedih lagi adalah, ibunya tak pernah punya waktu untuk menonton kehebatannya saat bertanding. Padahal, ketika itu, bakat hebat Afellay sudah menjadi buah bibir di kotanya.


 "Saya tahu ibu sangat ingin menonton saya bermain bola. Tapi saya tahu pula ia tak punya waktu karena harus bekerja membanting tulang, dan mengasuh saudaraku yang lain. Saya bermain sepakbola ini khususnya untuk ibuku, untuk kebahagiaannya," kata Afellay.

 Peristiwa yang paling dikenangnya adalah ketika ia berlaga di babak Champion League melawan klub Jerman Schalke 04. Aksi gemilangnya ketika itu membuat popularitas Afellay semakin meroket di negaranya.

 Nah, ketika pulang ke penginapan, ia ternyata mendapat kejutan spesial. "Di depan hotel, berdiri ibuku sembari tersenyum bahagia. Saya tak akan melupakan moment itu. Saya sangat bahagia ketika itu hingga sampai menangis. Dan ibu berkata, betapa ia khawatir menontonku bertanding," ujarnya.

Pengorbanan sang ibu, dan kerja keras luar biasa dari Afellay kini telah terbayar. Si anak yatim ini tercatat menjadi salah satu pemain yang diperhitungkan di Eropa.

Afellay memang contoh nyata muslim yang teguh. Sejak kecil, ia telah dididik orang-tuanya untuk konsisten menjalankan rukun Islam. Selalu solat lima waktu, bersedekah, dan puasa di bulan Ramadan.

Afellay berseragam Barcelona
Ia mengenang saat-saat pertamanya masuk kamp latihan PSV. "Saat Ramadan, teman-teman, dan staf yang non-muslim memintaku untuk makan dan minum menjelang, atau sesudah latihan. Mereka khawatir kesehatanku terganggu. Tapi saya seorang muslim. Bagiku agama adalah nomor satu, dan itu jauh lebih penting dari sepakbola," ujarnya.

 Ia bersyukur saat ditempa di PSV dulu mendapat teman sesama muslim hingga bisa saling mengingatkan. Kedua temannya adalah Aaron Kone, serta Aissati. "Kita saling meneguhkan, dan saling mengingatkan untuk terus berpuasa, dan pergi terawih ke mesjid," ujarnya.

 "Itulah yang akan menjadi hari kemenanganku. Perjuanganku Insya Allah akan mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Itulah kebahagiaan tertinggi dari seorang muslim," ujarnya.

Afellay, secara menakjubkan, pernah dinobatkan sebagai seorang muslim teladan di Belanda, atau biasa disebut “Moslim van het jaar”.

Usut punya usut, penghargaan ini tidak diberikan pada sembarang orang. Sejumlah ulama besar juga masuk dalam nominasi “Moslim van het jaar”. Mungkin Anda heran, mengapa malah seorang pesepakbola muda yang dipilih?

Dalam situs wijblijvenhier.nl, disebutkan salah satu faktor yang membuat Affelay dipilih karena usianya yang masih muda. Diharapkan, Afellay mampu membangun citra muslim taat di kalangan remaja.

Allahu Akbar!


sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog ini terbebas dari yang namanya CAPTHA. Jadi berkomentarlah dengan baik dan gunakan kata-kata yang sopan. Jangan SPAM, SARA, ataupun PORN.