Namanya memang tidak setenar pemain sepakbola Muslim lainnya seperti
Edin Dzeko, Mesut Ozil, Samir Nasri, maupun Karim Benzema. Namun dalam
urusan menyebarkan syiar Islam di Benua Biru, pemain Muslim ini tidak
kalah dalam beraksi. Dia adalah Madjid Bougherra.
Kandidat pemain terbaik Afrika 2010 ini adalah bek timnas Aljazair. Pernah merumput di daratan Inggris, sekarang ia berlabuh di klub Lekhwiya, Qatar. Kalau para pemain Muslim dikenal dengan ketaatan dalam menjalankan perintah agama, maka pemain kelahiran Longivic, Prancis, 29 tahun lalu itu bertindak lebih ekstrem dalam menjunjung nama Islam di Eropa.
Pemain yang taat menjalankan agama itu memilih memperjuangkan nasib saudaranya di Palestina yang hingga kini belum menghirup udara bebas.
Kisah Bougherra hampir mirip dengan striker Sevilla, Frederic Kanoute, yang pernah merayakan gol dengan membuka jersey klub. Dia ingin menunjukkan pesan kepada dunia tentang perlunya tindakan penyelamatan Negara Palestina dari invasi Israel.
Namun Bougherra bertindak lebih berani. Periode Januari 2009, ketika masih memperkuat Glasgow Rangers, dalam sebuah pertandingan dia memaksa mengenakan gelang hitam sebagai bentuk protes terhadap aksi militer Israel di Gaza.
Pemain yang didatangkan Rangers dari Charlton Athletic seharga 2,5 juta poundsterling atau sekitar Rp 36,5 miliar itu berencana menggelar demo saat pertandingan melawan Falkirk di Ibrox Stadium. Tujuannya adalah ingin menunjukkan kepada dunia tentang aksi pengobatan terhadapan tindakan barbar militer Zionis kepada bangsa Palestina.
Rencana itu diketahui manajemen klub, dan pemilik Rangers segera memveto langkah Bougherra. Pasalnya, kalau sampai hal itu dilakukannya di tengah lapangan maka dipastikan ia melanggar aturan FIFA. Dalam statuta FIFA, pemain dilarang membuat pernyataan politik di lapangan.
Wasit yang memimpin laga bisa melarang Bougherra ikut bermain. Namun dia kukuh dan telah bersumpah sebelumnya bahwa tidak akan takut dihukum oleh otoritas sepakbola Skotlandia maupun FIFA.
Bougherra mengatakan. “Sebagai seorang Muslim, saya sangat tersentuh
dengan kebiadaban yang telah diderita oleh saudara saya di Palestina,”
kata dia dikutip laman Heraldscotland. “Pembunuhan itu harus dihentikan
karena mungkin ada pembantaian dan bahkan genosida,” tambah dia.Kandidat pemain terbaik Afrika 2010 ini adalah bek timnas Aljazair. Pernah merumput di daratan Inggris, sekarang ia berlabuh di klub Lekhwiya, Qatar. Kalau para pemain Muslim dikenal dengan ketaatan dalam menjalankan perintah agama, maka pemain kelahiran Longivic, Prancis, 29 tahun lalu itu bertindak lebih ekstrem dalam menjunjung nama Islam di Eropa.
Pemain yang taat menjalankan agama itu memilih memperjuangkan nasib saudaranya di Palestina yang hingga kini belum menghirup udara bebas.
Kisah Bougherra hampir mirip dengan striker Sevilla, Frederic Kanoute, yang pernah merayakan gol dengan membuka jersey klub. Dia ingin menunjukkan pesan kepada dunia tentang perlunya tindakan penyelamatan Negara Palestina dari invasi Israel.
Namun Bougherra bertindak lebih berani. Periode Januari 2009, ketika masih memperkuat Glasgow Rangers, dalam sebuah pertandingan dia memaksa mengenakan gelang hitam sebagai bentuk protes terhadap aksi militer Israel di Gaza.
Pemain yang didatangkan Rangers dari Charlton Athletic seharga 2,5 juta poundsterling atau sekitar Rp 36,5 miliar itu berencana menggelar demo saat pertandingan melawan Falkirk di Ibrox Stadium. Tujuannya adalah ingin menunjukkan kepada dunia tentang aksi pengobatan terhadapan tindakan barbar militer Zionis kepada bangsa Palestina.
Rencana itu diketahui manajemen klub, dan pemilik Rangers segera memveto langkah Bougherra. Pasalnya, kalau sampai hal itu dilakukannya di tengah lapangan maka dipastikan ia melanggar aturan FIFA. Dalam statuta FIFA, pemain dilarang membuat pernyataan politik di lapangan.
Wasit yang memimpin laga bisa melarang Bougherra ikut bermain. Namun dia kukuh dan telah bersumpah sebelumnya bahwa tidak akan takut dihukum oleh otoritas sepakbola Skotlandia maupun FIFA.
Madjid Bougherra merujuk pada foto-foto korban kemanusian warga Palestina yang tampak menderita.
“Gambar-gambar yang datang kepada kita dari Gaza membuat kita sebagai manusia marah.” Bougherra melanjutkan, “Saya berharap kita akan segera menemukan solusi yang langgeng untuk memungkinkan rakyat Palestina untuk hidup seperti orang lain.”
Dia memuji Freddy Kanoute yang rela didenda karena memperlihatkan kaos dalam mendukung Palestina setelah mencetak dalam kompetisi La Liga Spanyol. Bougherra mengaku sangat menghormati Kanoute.
“Apa yang dia lakukan adalah suatu kehormatan dari semua pemain sepak bola Muslim dan saya mendukung dia dengan segala kekuatan saya.”
Kekagumannya terhadap eks penyerang timnas Mali tersebut karena bisa menjadi teladan untuk pemain Muslim yang memiliki simpati terhadap perjuangan Palestina. Karena itu, jika klubnya bertanding melawan tim dari Israel ia telah memutuskan untuk tidak mau diturunkan. Ia lebih memilih menerima sanksi daripada harus bertanding yang sama saja memberikan sebuah pengakuan terhadap kedaulatan Zionis.
“Saya akan memboikot pertandingan melawan tim Israel tanpa sedikit pun keraguan.” Bougherra pun menyeru kepada seluruh pemain Muslim lain agar berani menyuarakan kebenaran sehingga rakyat Palestina terbebas dari cengkeraman Israel.
“Sebagai Muslim yang mendukung perjuangan Palestina, saya tidak akan pernah menghadapi tim dari Israel,” cetus dia.
Sebelum berpindah ke Qatar pada 2011, Bougherra sebenarnya menjadi incaran Paris Saint-Germain (PSG). Tetapi kepindahan di depan mata itu gagal terwujud lantaran alasan yang disimpannya sendiri tanpa diketahui orang lain.
“Adapun peluang bermain untuk PSG di Prancis, Tetapi, ada yang mengacaukannya dan mencari-cari alasan. Saya Tak mau merincinya lebih lanjut.”
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ini terbebas dari yang namanya CAPTHA. Jadi berkomentarlah dengan baik dan gunakan kata-kata yang sopan. Jangan SPAM, SARA, ataupun PORN.