Menengok ke belakang, mungkin tidak ada yang menyangka kalau Dzeko mampu menjadi pemain bintang. Dilahirkan dari orangtua Muslim keturunan Bosnia pada 17 Maret 1986, di Sarajevo, Yugoslavia, ia dididik orangtuanya dengan budaya dan tradisi Islam.
Ketika usianya menginjak enam tahun, Dzeko mengalami masa tersulit
dalam hidupnya. Saat itu, perang berkecamuk di negaranya dan warga
Muslim Bosnia dikejar untuk dibantai oleh pasukan Serbia.
Karena menjadi medan perang maka anak-anak yang dulunya menjadikan
lapangan bola sebagai arena bermain lenyap. Fase kecilnya dilewatinya
dengan menyeramkan dan penuh trauma. Dzeko baru bisa merasakan bermain
bola ketika perang usai dan melanjutkan sekolah lagi.
Bakat bolanya mulai terasah ketika remaja. Pertama, dia berposisi
sebagai pemain tengah, dan kemudian berpindah menjadi penyerang lantaran
memiliki postur mumpuni. Kemampuan mengasah bola Dzeko yang menonjol
terpantau timnas Bosnia dan Herzegovina. Pada 2003, ia terpilih membela
timnas U-19 dan tiga tahun sesudahnya bergabung dengan timnas U-21.
Permainannya yang moncer membuat Dzeko ditarik ke timnas senior. Ia
terpilih sebagai pemain terbaik negaranya pada 2009 dan 2010. Dzeko yang
pertama kali terjun ke liga profesional dengan membela klub lokal
Bosnia, Zeljesnicar semakin menunjukkan permainan matang.
Meski sering tertangkap kamera melakukan ritual Islam di pinggir atau
tengah lapangan, serta mengaku tetap berpuasa ketika timnya bermain di
Liga Primer Inggris dan bermain cantik, tidak sedikit media di Inggris
yang kerap mencibirnya.
Momen yang menyejukkan banyak umat Islam terjadi ketika City melawan
Liverpool dalam semifinal Piala Carling musim 2011/2012. Ketika ia
masuk menggantikan Adam Johnson pada babak kedua, Dzeko melakukan ritual
sebagai yang dilakukan Muslim lainnya. Dia tertangkap kamera berdoa
kepada Allah SWT, lalu masuk ke lapangan.
Alhasil pada 2007, dia berlabuh ke Bundesliga Jerman untuk memperkuat VFL Wolfsberg. Meraih gelar pemain terbaik dan mempersembahkan gelar Bundesliga bagi klubnya pada 2009, membuat namanya kian melambung. Dua tahun berselang, City yang sedang membangun kekuatan menarikanya untuk bergabung ke klub yang berasal dari Eastland, Manchester itu.
Dia ditransfer dengan harga 27 juta poundsterling atau sekitar Rp 401 miliar dan bergabung dengan pemain Muslim lainnya, yaitu Habib Kolo Toure, Yaya Toure, dan Samir Nasri. Bersama City, Dzeko hanya butuh semusim untuk membuktikan kapasitasnya sebagai striker tajam.
Prestasi yang dimiliki Dzeko membuat badan pendidikan dan kebudayaan PBB (UNICEF) menunjuknya sebagai duta bangsa untuk berpartisipasi terhadap peningkatan pendidikan di Bosnia. “Tugas duta Unicef membuat saya harus mengajarkan persatuan dan toleransi di Bosnia,” ujar dia.
Ia berkomitmen memegang amanah dari PBB. Pasalnya ia memiliki misi pribadi agar masa depan generasi muda di negaranya dapat mengenyam pendidikan. Bahkan Dzeko membujuk agar para pengungsi di Serbia maupun penduduk Kroasia bisa lagi membaur dengan warga Serbia.
Tujuannya agar tercipta hidup saling damai dan mengesampingkan sikap saling curiga. “Saya mencoba menunjukkan kepada anak-anak bahwa semuanya bisa bersatu,” kata Dzeko.
Ia melanjutkan, “Tidak penting apa nama mereka atau nama saya, atau apakah kita adalah Muslim, Kristen atau Katolik.”
Laman the Sun, pernah memberitakan negatif tentang keislaman Dzeko. Diwartakan kalau pemain pujaan masyarakat Bosnia itu tidak termasuk Muslim ortodoks alias yang taat beribadah.
Salah satu berita ada yang menuding Dzeko tak melaksanakan shalat lima waktu. "Dia hanya sekali shalat dalam sehari dari seharusnya ajaran Islam tradisional shalat lima kali sehari," tulis the Sun.
Meski begitu, kecintaar penggemar Dzeko maupun warga Bosnia kepada mantan top skorer Bundesliga Jerman tersebut tidak akan luntur. Dzeko tetap menyandang julukan sebagai Bosanski Dijamant atau Berlian dari Bosnia.
Alhasil pada 2007, dia berlabuh ke Bundesliga Jerman untuk memperkuat VFL Wolfsberg. Meraih gelar pemain terbaik dan mempersembahkan gelar Bundesliga bagi klubnya pada 2009, membuat namanya kian melambung. Dua tahun berselang, City yang sedang membangun kekuatan menarikanya untuk bergabung ke klub yang berasal dari Eastland, Manchester itu.
Dia ditransfer dengan harga 27 juta poundsterling atau sekitar Rp 401 miliar dan bergabung dengan pemain Muslim lainnya, yaitu Habib Kolo Toure, Yaya Toure, dan Samir Nasri. Bersama City, Dzeko hanya butuh semusim untuk membuktikan kapasitasnya sebagai striker tajam.
Prestasi yang dimiliki Dzeko membuat badan pendidikan dan kebudayaan PBB (UNICEF) menunjuknya sebagai duta bangsa untuk berpartisipasi terhadap peningkatan pendidikan di Bosnia. “Tugas duta Unicef membuat saya harus mengajarkan persatuan dan toleransi di Bosnia,” ujar dia.
Ia berkomitmen memegang amanah dari PBB. Pasalnya ia memiliki misi pribadi agar masa depan generasi muda di negaranya dapat mengenyam pendidikan. Bahkan Dzeko membujuk agar para pengungsi di Serbia maupun penduduk Kroasia bisa lagi membaur dengan warga Serbia.
Tujuannya agar tercipta hidup saling damai dan mengesampingkan sikap saling curiga. “Saya mencoba menunjukkan kepada anak-anak bahwa semuanya bisa bersatu,” kata Dzeko.
Ia melanjutkan, “Tidak penting apa nama mereka atau nama saya, atau apakah kita adalah Muslim, Kristen atau Katolik.”
Laman the Sun, pernah memberitakan negatif tentang keislaman Dzeko. Diwartakan kalau pemain pujaan masyarakat Bosnia itu tidak termasuk Muslim ortodoks alias yang taat beribadah.
Salah satu berita ada yang menuding Dzeko tak melaksanakan shalat lima waktu. "Dia hanya sekali shalat dalam sehari dari seharusnya ajaran Islam tradisional shalat lima kali sehari," tulis the Sun.
Meski begitu, kecintaar penggemar Dzeko maupun warga Bosnia kepada mantan top skorer Bundesliga Jerman tersebut tidak akan luntur. Dzeko tetap menyandang julukan sebagai Bosanski Dijamant atau Berlian dari Bosnia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ini terbebas dari yang namanya CAPTHA. Jadi berkomentarlah dengan baik dan gunakan kata-kata yang sopan. Jangan SPAM, SARA, ataupun PORN.