- Adel Taarabt (Queens Park Rangers/Maroko/23 tahun)
Kami tahu Anda orang yang beriman, tapi tolong, eksekusilah penalti dengan baik. |
Orang Maroko ini barangkali lebih terkenal karena selebrasi I Love Allah-nya yang sensasional itu, ataupun barangkali ledakan-ledakan provokatifnya di timnas Maroko, tapi percayalah, pria ini terkadang bisa bermain bagus. Awal musim lalu, musim pertamanya di Loftus Road, ia diincar Napoli dan PSG. Tapi sampai November, ia mengumpulkan 20 tembakan ke gawang tanpa mencetak gol sekalipun. Ia mengakhiri musim lalu dengan 2 gol dan 5 assist, catatan yang lumayan buat pemain yang sebelumnya meringkuk di bangku cadangan Tottenham Hotspur.
Meskipun seorang sayap yang kurang efisien, sering menyia-nyiakan peluang, dan seorang eksekutor penalti yang buruk (dia baru saja melakukannya melawan Norwich City pekan lalu), Taarabt dapat berubah menjadi seorang predator mematikan dari sisi lapangan, seperti yang ia lakukan saat menghukum lini belakang Fulham (yang lesu) pada Desember lalu untuk memberi QPR kemenangan pertamanya musim ini. Arry Redknapp, pelatih yang menendangnya keluar dari White Hart Lane (kini manajer QPR) bahkan menyebutnya "bisa seperti Paolo Di Canio", walaupun, errr, Taarabt barangkali tidak menato seluruh tubuhnya.
Kami tidak akan kecewa jika Taarabt "meledak" karena hal lain, misalnya tidak ikut Piala Afrika, memaki pelatih timnas, atau hal sepele lainnya, karena memang itu bakat alamiahnya.
- Xherdan Shaqiri (Bayern Munchen/Swiss/21 tahun)
Sayap cepat dari Gnjilane |
Sayap kecil yang fantastis. Didikan akademi FC Basel, ia tampil 134 kali dan mencetak 34 gol, membawa klub Basel itu juara Liga Super Swiss tiga kali berturut-turut. Untuk ukuran seseorang yang bertinggi badan 1.69 meter, dia seorang sayap cepat yang eksplosif. Dipanggil ke timnas Swiss dalam usia belum genap 20 tahun pada Maret 2010, ia langsung menjadi pemain reguler di Schweizer Nati bersama-sama pemain Muslim lainnya seperti Gokhan Inler dan Valon Behrami.
Performa terbaiknya barangkali adalah ketika menggelontorkan tiga gol ke gawang Bulgaria di partai kualifikasi Euro 2012, bahkan walaupun Swiss gagal melaju ke Polandia-Ukraina, itu sudah cukup meyakinkan Karl-Heinz Rummenigge untuk merogoh uang 11,6 juta euro untuk memboyongnya ke Allianz Arena awal musim ini. Oh ya, tampaknya kami lupa mencantumkan fakta bahwa pria keturunan Kosovo-Albania ini dua kali beruntun menyabet gelar Pemain Terbaik Swiss, tahun 2011 dan 2012. Orang yang tepat untuk skema Pep Guardiola.
- Moussa Sissoko (Newcastle United/Perancis/23)
"Saya disini untuk membuat Anda lupa dengan Demba Ba." |
Satu lagi pembelian jenius Alan Pardew. Sissoko, yang memulai karirnya dari lapangan futsal, dan menembus tim utama Toulouse, dengan cepat menarik perhatian raksasa-raksasa Inggris bahkan seawal tahun 2009, seperti Tottenham Hotspur dan, errr, Liverpool. Pemain tim nasional Perancis sejak 2009 dibawah Raymond Domenech, ia telah tujuh kali berseragam Les Bleus walaupun belum mencetak gol atau assist. Namun lihat statistiknya di Toulouse: 218 pertandingan, 24 gol dan 9 assist, sehingga membuatnya menjadi mantan pemain Toulouse paling tenar saat ini (selain Andre-Pierre Gignac).
Dengan gol penyama kedudukan dan gol kemenangan atas Chelsea di St. James Park pekan lalu, ia ditahbiskan sebagai idola baru bagi para pendukung kebijakan "beli murah dari Ligue 1" ala Pardew, dan segera saja membuat Toon Army melupakan Demba Ba. Eksplosif, tak heran ia dibandingkan dengan Patrick Vieira atau Momo Sissoko.
- Stephan El Shaarawy (Milan/Italia/20 tahun)
"Zlatan siapa?" |
Lupakan pria Swedia itu; San Siro punya idola baru. Pria berambut mohawk yang pernah ditolak Hassan Shehata ke timnas Mesir itu kini jadi mesin gol utama, kalau bukan satu-satunya, yang dimiliki pasukan Max Allegri. Kemampuannya menyisir sisi kiri lapangan telah menghasilkan 18 gol buat Milan musim ini dan kompetisi baru sampai bulan Februari. Skill dan mentalitas Sang Firaun dibina dari level bawah; ia mencetak 9 gol dari 30 pertandingan saat dipinjamkan Genoa ke Padova musim 2010-11 dan membantu klub asal Venezia tersebut mencapai play-off Serie B, meskipun takluk di tangan Novara. Jelas, dia bukan pemain sembarangan.
Legenda Milan, Jose Altafini, mengatakan, "El Shaarawy mengingatkan saya pada Neymar dan Messi. Mereka memiliki pusat gravitasi yang rendah. Mereka bermain dengan bola menempel ke kaki mereka. Dia telah membuktikan bahwa dia pemain yang bagus. Yang penting saat ini adalah untuk tidak terlalu menekannya......" Kami sepakat, Jose.
- Ishak Belfodil (Parma/Aljazair/21 tahun)
Sering dibandingkan dengan Zidane, tapi yang ini tidak botak... |
Baru-baru ini, saat bursa transfer musim dingin, manajemen Parma mengatakan kepada media bahwa mereka akan melepas Belfodil ke Juventus hanya dengan harga 20 juta euro. Sang Nyonya Tua, yang sedang berusaha mencari uang untuk memenuhi FFT meskipun sudah punya stadion sendiri, menggerutu kesal karena tidak punya uang sebesar itu, terpaksa mengalihkan bidikannya kepada penyerang Muslim senior lainnya, Nicolas Anelka. Tentu, mereka mendapatkannya.
Terlepas dari harga yang kelewat mahal dari manajemen Parma, Belfodil mempunyai talenta hebat. Pria Aljazair yang besar dan memulai karirnya di Perancis (dia pernah bermain di PSG!) ini adalah jebolan AC Bolougne-Billancourt, klub yang juga membina Hatem Ben Arfa dan Issiar Dia. Seperti lazimnya talenta muda Perancis (sebelum Pardew mendarat di Newcastle), ia menjadi incaran klub besar Inggris macam Chelsea dan Manchester United. Di Lyon dia bahkan sudah tampil di Liga Champions, meskipun sekadar pengganti. Parma membelinya murah seharga 2,5 juta euro. Ia saat ini dibawah asuhan orang yang tepat, Roberto Donadoni, seorang gelandang serang dahsyat pada masanya.
Saat ini ia telah mencetak tujuh gol untuk Rossoblu di pentas liga; cukup menjanjikan untuk bergabung di klub besar di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ini terbebas dari yang namanya CAPTHA. Jadi berkomentarlah dengan baik dan gunakan kata-kata yang sopan. Jangan SPAM, SARA, ataupun PORN.