Kepala-kepala suku dan tokoh-tokoh agama mengadakan pemberontakan di masa Aurangzeb juga dilatarbelakangi kekecewaan mereka terhadap kepemimpinan Shah Jahan –ayah Aurangzeb- yang mengutamakan kemewahan dan menyebabkan himpitan perekonomian. Ketika pemberontakan pecah di salah satu wilayah Mughal, maka kuil-kuil setempat merupakan corong utama yang memprovokasi masyarakat untuk mengadakan pemberontakan. Oleh karena itu, selama pemimpin pemberontakan ada dan kuil-kuil pendukung mereka tetap eksis, maka stabilitas keamanan di wilayah Mughal akan sulit diwujudkan.
Oleh karena itu ditegakkan aturan, perang terhadap para pemberontak berkonsekuensi menghancurkan tempat pemberontakan itu dirancang, yaitu kuil. Contohnya adalah pemberontakan yang terjadi pada tahun 1669 M, di Banaras yang dipimpin oleh rival politik Mughal, Shivaji. Ia menggunakan kuil setempat untuk mendukung aksinya. Setelah memberantas kelompok Shivaji, Aurangzeb menghancurkan kuil di Banaras yang digunakan sebagai tempat penyusunan strategi untuk memberontak kepada pemerintah. Peristiwa serupa juga terjadi pada tahun 1670 M di Mathura, pemberontak di daerah tersebut membunuh tokoh-tokoh agama Islam. Metode pemberantasan yang sama diterapkan Aurangzeb, yakni menghancurkan kuil yang menyeponsori pemberontakan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ini terbebas dari yang namanya CAPTHA. Jadi berkomentarlah dengan baik dan gunakan kata-kata yang sopan. Jangan SPAM, SARA, ataupun PORN.