Oleh : Ustadz Bachtiar Nasir
Saya sudah berusaha agar anak-anak saya selalu menjaga dan tidak meninggalkan shalat. Tapi, masih saja saya dapati mereka meninggalkan shalat fardhu lima waktu. Saya juga sudah menasihati dan berdoa agar Allah SWT memberikan hidayah kepada mereka.
Ustadz, bagaimana cara membuat anak-anak saya mencintai shalat dan memiliki rasa takut jika meninggalkannya?
Rusdiyansyah – Kalimantan Selatan
Jawaban :
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab setiap kali membangunkan anaknya untuk shalat beliau membaca ayat dalam surah Thaha yang artinya, “Dan, perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan, akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS Thaha: 132).
Rupanya, ayat ini yang mendasari motivasi Amirul Mukminin Umar bin Khattab sehingga tak pernah merasa lelah dalam menegakkan shalat dalam rumah tangganya. Setidaknya, ada empat pelajaran berharga yang dipetik dari ayat di atas.
Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah (berislam). Maknanya bahwa setiap anak pada hakikatnya berpotensi senang shalat dan merasa membutuhkan shalat, orang tuanyalah yang dengan atau tanpa sadar telah memalingkan fitrah anaknya selama ini. Penghasilan dan makanan yang haram atau bercampur yang haram, tontonan dan hiburan yang bercampur maksiat, gaya hidup hedonis (serbaenak dan mudah), pergaulan bebas, dan lingkungan sosial yang permisif terhadap kemaksiatan. Semua itu menjadi sebab-sebab kerasnya hati dan jauhnya hidayah dari anak dan keluarga. Karenanya, orang tua harus menjadi teladan dan terdepan dalam ketakwaan dan ketaatan.Pada kata washthabir ‘alayha yang artinya dan “bersabarlah dalam mengerjakannya” menyiratkan pesan untuk bersabar yang banyak dalam perjuangan menegakkan shalat sampai Allah melihat kesungguhan kita sebagai orang tua. Lalu, Dia berkenan menundukkan hati dengan hidayah-Nya sehingga seisi keluarga dapat menegakkan shalat atas izin dan pertolongan-Nya. Bersabar yang dinamis untuk menegakkan shalat dalam keluarga bisa berupa bersabar menerangkan ilmu tentang tata cara serta nilai-nilai dan manfaat shalat kepada mereka. Bersabar yang banyak, yakni dalam membangunkan, membimbing, dan memotivasi yang malas atau yang sedang sakit dan perjalanan. Bersabar dalam menegakkan disiplin shalat berjamaah pada waktunya di masjid. Bersabar dalam mencintakan anak pada masjid dan mencarikan lingkungan sosial yang mendidik anak pada kesalehan dan ketakwaan.Pada kalimat “Kami tidak meminta rezeki kepadamu”, Ibnu Katsir menafsirkan bahwa jika telah tegak nilai-nilai shalat dalam keluarga maka Allah akan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka kepada keluarga itu. Anak- anak harus dibuat paham bahwa shalat mereka juga sangat memengaruhi perolehan rezeki melalui orang tua. Dan, bahwa sebaik-baik ikhtiar dalam memperbaiki perekonomian keluarga adalah mendirikan shalat.Balasan kebajikan dari Allah berupa surga dan kebahagiaan rumah tangga akan diberikan kepada mereka yang menegakkan takwa. Kita dapat mengambil contoh ketakwaan Nabi Ismail AS yang dimuliakan Allah ta’ala karena menyuruh seisi keluarganya untuk mendirikan shalat dan zakat. Di antara bentuk ketaqwaan Rasulullah adalah memberikan bimbingan bagi umatnya, bagaimana membiasakan anak untuk mendiri kan shalat sejak usia dini.
Wallahu a’lam bish-shawab ¦
Sumber : Konsultasi Agama, Republika, Selasa, 22 Januari 2013 / 10 Rabiul Awal 1434
View the original article here
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ini terbebas dari yang namanya CAPTHA. Jadi berkomentarlah dengan baik dan gunakan kata-kata yang sopan. Jangan SPAM, SARA, ataupun PORN.